Aku punya banyak teman,
tak kalah banyak dari yang kau punya, bahkan yang ku punya lebih banyak. Sedih,
tertawa, termenung dan ejekan sudah menjadi pelengkap
dalam kehidupan sosial ku.
Ya, ejekan.
aku punya kekurangan, dan tak sedikit ucapan dari sekian banyak temanku yang
menyinggung kekurangan ku, aku terima, karena itu motivasi tersendiri buat ku.
Tapi kau! kau beda! rasanya tak kurang dari 100 kali dalam sehari ku mengucap
"Persetan Kau!". Kau membuat ku jatuh, sakit,
sesak dada ini dipenuhi semua perkataan yang harusnya ku lontarkan tiap kali
kau mengejekku, ejekanmu bagai machine gun yang
jika menarik pelatuk sekali, dapat mengeluarkan peluru yang banyak.
Kenapa? Kenapa dengan
begitu mudahnya kau lakukan semua ini pada orang yang berbeda seperti
ku?.
Aku diam, bukan terdiam.
Aku menahan, bukan ditahan.
Kau yang tak perlu
kusebut namanya. Kau itu ku akui punya andil, punya pengaruh yang besar
terhadap orang dilingkungan ku. Tak ada kata yang kau ucapkan menjadi debat.
Kau dapat mengatur keadaan. Kau buat mereka dan aku tertawa. Tapi, kenapa
terkadang kau bagai setan?. Tanpa kau tau berbedanya
diriku ini, kau jadikan aku kelinci eksperimen mu.
Ataukah habis bahan lelucon yang kau punya?. Ku rasa tak akan ada habisnya…
Aku diam tak ber-ekspresi.
Menghadapi diri mu yang bertopeng. Persetan dengan
kata sahabat yang kau ucapkan pada ku tiap kali ku
menolong mu atau aku menemani mu didalam kesepian mu.
Sekali lagi untuk kau
yang tak kusebut namanya. Dengarkan dan Camkan teriakan
batinku yang melayang dibawa terbang angin malam ini:
“Aku Masih Diam! Bukan
Selamanya Diam!”
Aku masih belum puas!
“kau sombong, munafik,
ego setan yang kau punya!. Tak lupa, kau itu
sebenarnya Bacod. Berlagak seperti Dewa.
Sadarlah kau wahai orang yang masih ku terima!”
……….Huft, oke. Sedikit
yang baru ku lepaskan.
Sebenarnya tak pernah ku
berharap kau berubah, bahkan terpikirkan saja tak pernah. Justru aku lebih suka
kau tak ada dalam hidup ku sehari saja. Selamanya juga
boleh!. Aku akan berpura-pura menangis dan berdoa untuk kepergian mu.
Jangan anggap aku tak
punya hati nurani atas apa yang ku katakana tadi. Jujur, ini setimpal menurut
ku.
“Mulutmu harimau mu,
yang selalu menerkam kepala ku dan orang lain yang tak ku ketahui. Tapi,
harimau mu akan merasakan betapa pantasnya menerkam kepala mu!”
wew!!
BalasHapussupperr!!!
setuju nih untuk beberapa hal..
:D
jgn sedih du.. sabar ajalah dulu...
let it gooooooooooo
BalasHapustake it easy bradaaaa
thx ya guyz....
BalasHapusBloopers:
BalasHapusNcamkan
Ncamkan
Ncamkan
Ncamkan
wuuiiizzz.... yo babahayo...
BalasHapushahaha... ane tau nih... yg saba rio...
BalasHapusttap sprti biasa...